Erwin Harahap

do Now or Never

Aturan Penulisan Kata “di” dan “ke”

Posted by Erwin on November 21, 2018

Terdapat dua cara penulisan kata  di   dan   ke, yaitu:
1. dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya
2. dipisahkan dari kata yang mengikutinyaDi   ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya apabila kata yang mengikuti kata   di   tersebut tergolong kata kerja. Dalam istilah tatabahasa dikatakan apabila   di  tersebut tidak dapat digantikan oleh   ke. Jadi, karena dalam bahasa Indonesia  yang baik dan benar tidak ada bentuk keambil kebawa, ketulis, kebaca, dan kebeli, maka jika kata-kata dasar tersebut dihubungkan dengan  di   harus dituliskan   diambil, dibawa, ditulis, dibaca, dibeli.

Contoh lain:
di + pegang  =  dipegang
di + tembak = ditembak
di + terima = diterima

Sebaliknya jika kedudukan di   tersebut bisa digantikan oleh   ke   maka penulisannya harus dipisahkan.

Menurut istilah tatabahasa,  di  harus terpisah dengan kata yang mengikutinya jika  di  berfungsi sebagai kata depan.

Kata   di   dan   ke   berfungsi sebagai kata depan jika diikuti oleh :
1. kata benda
contoh:
di rumah    –     ke rumah
di pasar     –    ke pasar
di sekolah   –   ke sekolah
di laut    –    ke  laut

2. kata yang menunjukkan arah atau tempat
contoh:
di sana – ke sana
di situ – ke situ
di dalam – ke dalam
di utara – ke utara

Kata   ke    harus ditulis serangkat dengan kata yang mengikutinya jika  ke  tersebut;
1. diikuti oleh kata bilangan, baik kata bilangan tentu maupun kata bilangan tak tentu
contoh:
ke + satu = kesatu
ke + sepulau = kesepuluh
ke + sekian = kesekian

2. diikuti oleh kata :  kasih, tua,  hendak
3. sebagai bagian dari kata yang bersangkutan
contoh:
kemarin, kemudian, kepala, kepada

Perlu diperhatikan  penulisan kata   di   bila diikuti kata   samping      dan  penulisan kata  ke  bila diikuti kata    luar.  Masing-masing kata itu mempunyai dua bentuk penulisan, ada yang digabung ada yang dipisah.

Di  dan  samping ditulis terpisah jika menunjukkan  arah atau tempat.
Contoh:
Rumahnya persis berada di samping Masjid Darul Hikmah Desa Aia Janiah Pematang Pudu, Duri.

Di   dan  samping ditulis serangkai jika kata tersebut mengandung makna keculai atau selain.
Contoh:
Disamping sebagai pegawai negeri, ia juga seorang wiraswastawan.
Perbuatan itu disamping merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.

Kata  ke   dan luar ditulis terpisah apabila kata tersebut merupakan kebalikan dari kata  ke  dalam.
Contoh:
Ia sering bertugas ke luar kota.
Yudi sering bepergian ke luar negeri untuk mengajar tentang bahasa Minangkabau.

Ke  dan  luar  ditulis serangkai jika  kata tersebut lawan dari kata   masuk.
Contoh:
Badu keluar dari perusahaan tempat ia bekerja untuk menjadi pengusaha.
Pramuka SIT Mutiara keluar masuk hutan untuk mendapatkan Penegak Garuda.

Penggunaan kata “di mana” atau “dimana”

Kata di mana tanpa disadari sering disalahartikan penempatannya dalam kalimat. 

Contohnya mungkin kita sering melihat kalimat seperti berikut:

–  Upacara pagi hari tadi di mana Pak Sukandar menjadi pembina upacaranya berlangsung lancar.

–      ITB adalah kampus di mana saya belajar

Jika kital lihat contoh tersebut, kata di mana, seringkali ditempatkan di suatu kalimat walaupun tempat yang dibahas di kalimat tersebut tidak perlu dipertanyakan. Seharusnya dua kalimat di atas tidak perlu memakai kata di mana. 

Jadi seharusnya seperti ini:

–   Upacara pagi hari tadi saat Pak Sukandar menjadi pembina upacaranya berlangsung lancar.

–      ITB adalah kampus tempat saya belajar

Kata di mana seharusnya dipakai pada kalimat yang tempatnya masih dipertanyakan atau belum diketahui. Baik berupa pertanyaan ataupun bukan pertanyaan

Berikut contohnya:

–      Sekarang si Andi kuliah di mana?

–      Saya tidak tahu di mana dia kuliah.

–      Kita akan terus bekerja keras, di mana pun kita berada.

Apabila menggunakan bentuk perulangan, yaitu kata di mana-mana,  artinya adalah di banyak tempat yang tempatnya tidak dirinci secara jelas.

Contoh:

  • Di mana-mana selalu ada orang yang tidak baik.
  • Musim hujan begini banyak sekali genangan air di mana-mana.
Perhatikan contoh berikut:
  1. Dia kuliah di Hukum
  2. Dia kuliah dihukum

Pada contoh di atas (1) adalah di sebagai kata depan yang menghubungkan predikat dengan keterangan. Sedangkan di pada (2) adalah sebagai imbuhan yang berarti seseorang tersebut melakukan kesalahan sehingga dihukum. Sahabat juga harus berhati-hati dengan penulisan yang sering salah berikut ini:

Di mana bukan dimana (di sebagai kata depan)

Ke mana bukan kemana (ke sebagai kata depan)

Di mana, yang mana

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan “Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.”

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, “dengan mana”, “yang mana”, dan sebagainya)[1].

Penggunaan “di mana”, “yang mana”, dll. sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, penggunaan bentuk “di mana” maupun “yang mana” harus dihindari[1], termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosakata yang cukup untuk menerjemahkan “who”, “where”, “which”, “whom” tanpa menggunakan kata “di mana”. Contohnya seperti:[2]:

  • di mana → tempat
    1. Kami ke restoran di mana teman merayakan pesta ulang tahunnya. (seharusnya) Kami ke restoran tempat teman merayakan pesta ulang tahunnya.
  • di mana → dengan
    1. Acara berikutnya adalah “Kuis Remaja” di mana Kris Aria sebagai presenternya. (seharusnya) Acara berikutnya adalah “ Kuis Remaja”dengan Kris Aria sebagai presenternya.
  • di mana → yang
    1. Pemerintah memberi bantuan kepada korban di mana mereka tertimpa bencana alam. (seharusnya) Pemerintah memberi bantuan kepada korban yang tertimpa bencana alam.
  • di mana → (subklausa)
    1. Perusahaan itu mengadakan pelatihan di mana karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil. (seharusnya) Perusahaan itu mengadakan pelatihan; dalam pelatihan itu karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil.
  • yang mana → yang
    1. Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang mana dianggap melecehkan artis itu. (seharusnya) Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang dianggap melecehkan artis itu.
  • yang mana → sehingga/dan
    1. Koperasi itu harus berjalan dengan baik yang mana kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini. (seharusnya) Koperasi itu harus berjalan dengan baik sehingga kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini.
    2. Wisatawan mancanegara meningkat terus yang mana negara tujuan wisata pun bertambah. (seharusnya) Wisatawan mancanegara meningkat terus dan negara tujuan wisata pun makin bertambah.

Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.

Penggunaan “di mana” (selalu ditulis terpisah) yang tepat hanyalah dalam sebagai kata tanya dalam kalimat tanya, sebagai kata penghubung yang menyatakan tempat, dan dalam bentuk “di mana-mana”. Contoh

  • Di mana ia menginap?
  • Kami akan berunding tentang di mana ia akan menginap.
  • Di mana ia menginap, di situ keluarganya menginap.
  • Ia dapat menginap di mana-mana.

 

 

Sumber:

H. AlwiSoenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono(1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Leave a comment