Terdapat dua cara penulisan kata di dan ke, yaitu:
1. dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya
2. dipisahkan dari kata yang mengikutinyaDi ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya apabila kata yang mengikuti kata di tersebut tergolong kata kerja. Dalam istilah tatabahasa dikatakan apabila di tersebut tidak dapat digantikan oleh ke. Jadi, karena dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak ada bentuk keambil kebawa, ketulis, kebaca, dan kebeli, maka jika kata-kata dasar tersebut dihubungkan dengan di harus dituliskan diambil, dibawa, ditulis, dibaca, dibeli.
Contoh lain:
di + pegang = dipegang
di + tembak = ditembak
di + terima = diterima
Sebaliknya jika kedudukan di tersebut bisa digantikan oleh ke maka penulisannya harus dipisahkan.
Menurut istilah tatabahasa, di harus terpisah dengan kata yang mengikutinya jika di berfungsi sebagai kata depan.
Kata di dan ke berfungsi sebagai kata depan jika diikuti oleh :
1. kata benda
contoh:
di rumah – ke rumah
di pasar – ke pasar
di sekolah – ke sekolah
di laut – ke laut
2. kata yang menunjukkan arah atau tempat
contoh:
di sana – ke sana
di situ – ke situ
di dalam – ke dalam
di utara – ke utara
Kata ke harus ditulis serangkat dengan kata yang mengikutinya jika ke tersebut;
1. diikuti oleh kata bilangan, baik kata bilangan tentu maupun kata bilangan tak tentu
contoh:
ke + satu = kesatu
ke + sepulau = kesepuluh
ke + sekian = kesekian
2. diikuti oleh kata : kasih, tua, hendak
3. sebagai bagian dari kata yang bersangkutan
contoh:
kemarin, kemudian, kepala, kepada
Perlu diperhatikan penulisan kata di bila diikuti kata samping dan penulisan kata ke bila diikuti kata luar. Masing-masing kata itu mempunyai dua bentuk penulisan, ada yang digabung ada yang dipisah.
Di dan samping ditulis terpisah jika menunjukkan arah atau tempat.
Contoh:
Rumahnya persis berada di samping Masjid Darul Hikmah Desa Aia Janiah Pematang Pudu, Duri.
Di dan samping ditulis serangkai jika kata tersebut mengandung makna keculai atau selain.
Contoh:
Disamping sebagai pegawai negeri, ia juga seorang wiraswastawan.
Perbuatan itu disamping merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.
Kata ke dan luar ditulis terpisah apabila kata tersebut merupakan kebalikan dari kata ke dalam.
Contoh:
Ia sering bertugas ke luar kota.
Yudi sering bepergian ke luar negeri untuk mengajar tentang bahasa Minangkabau.
Ke dan luar ditulis serangkai jika kata tersebut lawan dari kata masuk.
Contoh:
Badu keluar dari perusahaan tempat ia bekerja untuk menjadi pengusaha.
Pramuka SIT Mutiara keluar masuk hutan untuk mendapatkan Penegak Garuda.
Kata di mana tanpa disadari sering disalahartikan penempatannya dalam kalimat.
Contohnya mungkin kita sering melihat kalimat seperti berikut:
– Upacara pagi hari tadi di mana Pak Sukandar menjadi pembina upacaranya berlangsung lancar.
– ITB adalah kampus di mana saya belajar
Jika kital lihat contoh tersebut, kata di mana, seringkali ditempatkan di suatu kalimat walaupun tempat yang dibahas di kalimat tersebut tidak perlu dipertanyakan. Seharusnya dua kalimat di atas tidak perlu memakai kata di mana.
Jadi seharusnya seperti ini:
– Upacara pagi hari tadi saat Pak Sukandar menjadi pembina upacaranya berlangsung lancar.
– ITB adalah kampus tempat saya belajar
Kata di mana seharusnya dipakai pada kalimat yang tempatnya masih dipertanyakan atau belum diketahui. Baik berupa pertanyaan ataupun bukan pertanyaan
Berikut contohnya:
– Sekarang si Andi kuliah di mana?
– Saya tidak tahu di mana dia kuliah.
– Kita akan terus bekerja keras, di mana pun kita berada.
Apabila menggunakan bentuk perulangan, yaitu kata di mana-mana, artinya adalah di banyak tempat yang tempatnya tidak dirinci secara jelas.
Contoh:
- Di mana-mana selalu ada orang yang tidak baik.
- Musim hujan begini banyak sekali genangan air di mana-mana.
Di mana, yang mana
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan “Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.”
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah “who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”, “dengan mana”, “yang mana”, dan sebagainya)[1].
Penggunaan “di mana”, “yang mana”, dll. sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata “yang” sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, penggunaan bentuk “di mana” maupun “yang mana” harus dihindari[1], termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosakata yang cukup untuk menerjemahkan “who”, “where”, “which”, “whom” tanpa menggunakan kata “di mana”. Contohnya seperti:[2]:
- di mana → tempat
- Kami ke restoran di mana teman merayakan pesta ulang tahunnya. (seharusnya) Kami ke restoran tempat teman merayakan pesta ulang tahunnya.
- di mana → dengan
- Acara berikutnya adalah “Kuis Remaja” di mana Kris Aria sebagai presenternya. (seharusnya) Acara berikutnya adalah “ Kuis Remaja”dengan Kris Aria sebagai presenternya.
- di mana → yang
- Pemerintah memberi bantuan kepada korban di mana mereka tertimpa bencana alam. (seharusnya) Pemerintah memberi bantuan kepada korban yang tertimpa bencana alam.
- di mana → (subklausa)
- Perusahaan itu mengadakan pelatihan di mana karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil. (seharusnya) Perusahaan itu mengadakan pelatihan; dalam pelatihan itu karyawan dibina untuk menjadi tenaga terampil.
- yang mana → yang
- Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang mana dianggap melecehkan artis itu. (seharusnya) Penanggung jawab surat kabar itu akan dituntut untuk berita yang dianggap melecehkan artis itu.
- yang mana → sehingga/dan
- Koperasi itu harus berjalan dengan baik yang mana kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini. (seharusnya) Koperasi itu harus berjalan dengan baik sehingga kebutuhan setiap anggota dapat dipenuhi dari sini.
- Wisatawan mancanegara meningkat terus yang mana negara tujuan wisata pun bertambah. (seharusnya) Wisatawan mancanegara meningkat terus dan negara tujuan wisata pun makin bertambah.
Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.
Penggunaan “di mana” (selalu ditulis terpisah) yang tepat hanyalah dalam sebagai kata tanya dalam kalimat tanya, sebagai kata penghubung yang menyatakan tempat, dan dalam bentuk “di mana-mana”. Contoh
- Di mana ia menginap?
- Kami akan berunding tentang di mana ia akan menginap.
- Di mana ia menginap, di situ keluarganya menginap.
- Ia dapat menginap di mana-mana.
Leave a comment